"I'll spread my wings and I'll learn how to flyI'll do what it takes til' I touch the skyAnd I'll make a wishTake a chanceMake a changeAnd breakaway"
Kalender telah memasukin bulan November, itu artinya sudah genap 2 bulan-an ini saya berkecimpung dalam "dunia ketiga". Sebelum membahas lebih lanjut mari saya jelaskan tentang "dunia" yang saya miliki. Pada dasarnya manusia memiliki kehidupan dan dunia masing-masing, tapi khusus untuk saya sendiri, saya membaginya dalam tiga dunia (yang mungkin saja nanti akan bertambah), yaitu:
(1) Dunia Pertama aka Basic Life, merupakan dunia yangg bekaitan dengan kehidupan sebagai hamba Allah, peranku dalam Keluarga yg sangat saya sayangi, berinteraksi dengan teman-teman, serta memenuhi kebutuhan saya sebagai makhluk sosial seperti pendidikan, shopping, wisata kuliner, istirahat dan sebagainya.
(2) Dunia Kedua aka Originality Life, merupakan dunia yang berkaitan dengan keseharian saya dalam kesenian baik itu menggambar, olah vokal, cosplay, membuat plushies, dan lain-lain yang saya emban sejak saya masih gadis kecil.
(3) Dunia Ketiga aka Superiority Life, merupakan dunia yang berkaitan dengan perjuangkan saya dalam mengukir prestasi, bisa dibilang dunia dimana saya belajar segudang hal tentang jiwa kompetisi.
Tentu saja, di dalam tiap "dunia" yang kumiliki tidak selalu berjalan mulus, selalu ada batu di setiap jalan agar kita bisa jadi manusia yg lebih baik, 'kan? Terlebih lagi bila salah melangkah, maka akan mempengaruhi sisi "dunia" yang lain yang baru saya sadari di belakang, yang akhirnya mengundang situasi yang tak diharapkan dan harus segera diselesaikan.
Nah, berbicara tentang "dunia ketiga"-ku, sejak 2 bulan yg lalu saya menghabiskan waktu untuk persiapan lomba, bisa dibilang saya mengikuti 4 lomba, dua diantaranya adalah lomba international moot court yang benar-benar menyita waktu saya hingga malam hari. Namun kali ini bukan masalah lomba international moot court yang akan saya bahas, tapi tentang English Debate yang sering saya ikuti.
Alhamdulillah, saya sudah 2 kali mewakili kampus saya dalam English Debate, pertama sekitar bulan Mei lalu dan yg kedua yaitu pertengahan November kemarin. Namun di kedua lomba saya dan tim saya hanya bisa menyabet sampai peringkat 25 dan 20 besar.
"Kalah itu memang ada"
Akan tetapi, saya tidak pernah habis pikir terhadap seorang makhluk yang selalu menghancurkan mimpi dan merendahkan orang lain. Saya tidak mengerti mengapa orang lain dengan seenaknya mencaci-maki orang lain dengan mengambil patokan bahwasanya dirinya lah yang terhebat. Akibatnya dia menjadi musuh sejuta umat yang dikutuk dan diharapkan datangnya karma kepada dirinya. Jujur saya tidak suka dengan manusia yang congkak dan takabbur seperti itu, tapi di lain pihak, saya kasihan pada dirinya dan berharap dia akan sadar bahwa yang selama ini dia lakukan itu tidak baik.
Ya, tapi, tak bisa saya pungkiri, di dalam hati saya, orang-orang yang memiliki mulut setajam itu selalu membuat saya sadar bahwa saya memang bukan apa-apa dan masih banyak hal yang harus saya pelajari lagi, tapi bukan berarti mereka bisa membunuh perasaan orang lain seenaknya, 'kan? Semua ada batasannya.
Akhirnya, perasaan kalah dan badan yang sakit akan persiapan lomba memang tidak apa-apa ketika kita kalah atas sesuatu hal yang memang seharusnya begitu, akan tetapi semuanya dua kali lipat bertambah buruk gara-gara makian dan cacian dari orang lain atas kekalahan yang saya dapatkan, saya pun hanya bisa mengerutkan dahi, fisik saya sudah capek, begitu pula batin saya. Saya lelah dengan situasi dan kondisi seperti ini, yang akhirnya hanya memaksa saya untuk memasang topeng agar tetap berjalan di kedua sisi.
Saya ingin istirahat.
Kadangkala saya juga berpikir "kenapa saya kalah? kenapa saya tak bisa menang? ini tidak adil, padahal saya sudah berjuang", apa boleh buat, ketika seseorang kalah, hati dan pikiran terasa tertusuk dan rasanya sangat pahit harus menerima kenyataan itu, bahkan tak sedikit orang yang menitikkan air mata ketika mereka mengetahui bahwa mereka kalah. Namun tiap kali perasaan dan pikiran itu datang, saya segera menampiknya dengan berpikir positif "segala hal pasti ada hikmahnya dan mungkin saja memang belum rezeki saya, setidaknya saya sudah berjuang, walau saya kalah, ini merupakan proses bagi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas lagi".
Terus menerus saya menanamkan perkataan itu di benak saya. Walaupun saya kalah, namun saya bahagia, tetap menyukuri apa yang telah saya dapatkan. Walaupun saya kalah, saya belajar banyak hal, hal-hal yang mungkin saja tak diketahui oleh orang lain. Ah, ya, akhir-akhir ini, saya semakin menyadari bahwasanya setiap hal-hal kecil adalah sesuatu hal yang besar dan mendatangkan kebahagian hingga seringkali merekahkan senyuman di wajah saya. Saya merasa penuh dan sangat bersyukur akan apa yang sudah saya dapatkan.
Terimakasih ya Allah.
Walaupun saya kalah sekarang, tapi saya yakin suatu hari saya pasti akan menang, dan walau mungkin tak di dunia ini, tapi kelak di kehidupan nanti yang abadi. Amin ya Rabb.
"Be Strong and Stay Alive"